Thursday 27 January 2011

sahabat yang hilang

Dulu kita sahabat
Teman begitu hangat
Mengalahkan sinar mentari

Dulu kita sahabat
Berteman bagai ulat
Berharap jadi kupu-kupu

Kini kita berjalan berjauh-jauhan
Kau jauhi diriku karena sesuatu dst...........

Yah.. lagu itu memang cocok sekali dipakai sebagai soundrack dalam balada kisah persahabatanku yang lenyap dimakan waktu.

Aku bertemu dengannya sewaktu SMA, Allah telah mentakdirkan kami duduk sebangku di kelas 1.2, di meja paling depan deret bangku kedua dari kiri, tepat di depan bangku guru yang paling tidak diminati kawan kawan lainnya.

Berbeda denganku, ia adalah lulusan sebuah pondok pesantren (ketika SMP), lalu melanjutkan ke SMA (tepatnya MAN) tempat kami bertemu, sedangkan aku justru masuk sekolah itu untuk dapat merasakan rasanya menjadi seorang santri, aku ingin belajar menjadi pribadi yang mandiri tanpa orang tua dan tentunya ingin menimba ilmu agama untuk bekal hidupku kelak.(ia tidak masuk pesantrennya hanya MAN nya saja karena rumahnya dekat sekolah)

Aku dan dia, sama sama berasal dari keluarga tidak mampu, itulah awal yang membuat persahabatan kami semakin erat, kerasnya kehidupan, sulitnya perjuangan dan berbagai problematika hidup yang sama sama kami rasakan membuat kami dapat memahami satu sama lain.

ia anak yang pintar, itu juga yang membuatku senang berada di sisinya. semangat meraih prestasi yang dimilikinya setiap hari memompaku untuk dapat menyainginya. di kelas itu aku dan dia selalu bergantian berada di urutan lima teratas. kami memang bersaing, tapi kami juga bersahabat, kami saling membantu dan mendukung. berlomba meraih peringkat yang lebih tinggi tapi tidak pernah iri ketika salah satu diantara kami lebih unggul. terbukti di kelas satu, aku dua kali mendapat peringkat ke 2, dan dia di bawah aku. tapi ia tidak pernah memusuhiku atau berhenti menjadi sahabatku

Fancy, bukan nama sebenarnya, tapi ia selalu memakai nama itu disetiap hasil karyanya sebagai pengganti namanya, meski aku jg tak pernah tau alasannya.
adalah seorang remaja putri dengan postur tubuh yang mungil, kulitnya putih, matanya tajam dan bulu matanya hitam lentik. ia bersahaja, periang dan memiliki semangat tinggi dalam melakukan segala hal. ia mengajariku banyak hal tentang 'bagaimana hidup di pesantren' dan membagi kepadaku segala suka dan duka kisah hidupnya. aku mengenalnya begitu dalam, tentang dirinya, juga keluarganya. begitu juga ia terhadapku. aku begitu menyayanginya, membanggakannya dan mencintainya. hidupku dipenuhi dengan banyak sekali prinsip prinsip yang ditularkannya. aku begitu terobsesi olehnya, kemana saja selalu bersamanya seolah olah hanya dia lah teman yang dapat memahamiku.

ia senang menggambar, setiap hari ia selalu mencoret2 bukunya dengan lukisan lukisan hasil karyanya, dan itu tertular padaku, aku mulai mengikutinya, mencoba dan akhirnya bisa. 
kami sering menggambar dan menulis bersama di sela sela jam kosong. Gambar2, vignet dan hasil tulisan karya kami sering sekali menghiasi mading sekolah. aku masih ingat waktu itu ia menulis sebuah kaligrafi cantik di mading berisi pepatah tentang 'cintailah orang yang kau cintai sederhana saja karena boleh jadi ia akan menjadi orang yang kau benci di kemudian hari' . aku amat menyukai karya itu, tapi aku tidak setuju dengan pepatahnya, karena aku tidak bisa mencintainya dengan sederhana karena aku amat mengaguminya. beberapa orang menyayangkan persahabatanku dengannya tapi aku mengacuhkan, aku selalu membelanya karena aku amat mengenalinya, aku dan dia selalu saling menyemangati setiap waktu.

hiks... aku masih ingat, ia mengajariku membuat buku diary sendiri, (karena kami tak mampu membeli). sisa sisa kertas yang masih kosong, dari buku tulis yang sudah tidak terpakai dikumpulkan lalu dijilid ke tukang fotocopy, lalu jilidnya disampul dengan sampul dari lembaran majalah bekas yang ada gambarnya. (karikatur cerpen).  aku dan dia punya buku diari yang sama sama terbuat dari buku bekas(sampai saat ini masih ada). tulisannya banyak sekali terdapat dalam buku ku, begitu juga tulisanku. disana kami menuliskan kisah tentang hidup kita, menggambar karya karya kita yang mencerminkan diri kita, dan menulis lirik lirik lagu yang kami sukai. kami selalu saling belajar, ia banyak sekali mengajariku lagu lagu barat yang sedang hits, salah satunya lagu 'word' yang dibawakan oleh boyzone. ia mengajariku bagaimana menyanyikannya karena di pesantren aku tidak diizinkan untuk menonton televisi.

hmm, hari hari yang indah itu ternyata harus berakhir. aku tidak lagi dapat bersamanya selalu ,karena di kelas dua aku ditempatkan di kelas 2.1 sedangkan dia di kelas 2.4.
Aku dan dia sama sama merasa begitu kehilangan. meski kami masih bisa bertemu di jam istirahat.. tapi sayang sekali karena waktu nya begitu terbatas. di kelas itu .. aku berteman dengan banyak orang. tapi aku tidak bisa menemukan seseorang yang bisa sehati seperti ia. 
***
suatu hari aku dipanggil kepala sekolah ke ruangannya, guru kelasku bilang, 'kamu fikir fikir saja apa kesalahanmu kenapa tiba tiba dipanggil beliau". aku melangkah dengan goyahnya, berharap prasangka ku salah. karena kesalahan satu satunya yang kumiliki saat itu adalah karena sudah 3 bulan belum bayaran SPP dan pelunasan biaya DSP, Huft, aku takut sekali jika panggilan itu berarti peringatan atau keputusan DO. aku pasrah, mengetuk pintu ruangannya merelakan apapun yang akan terjadi. dan aku terkejut karena ternyata aku dipanggil karena ada informasi bahwa aku lolos diterima sebagai penerima beasiswa orbit icmi, yayasan ibu aiun habibie dan ia memintaku untuk datang ke kantor orbit di Jakarta beberapa hari kemudian. ya betapa bahagianya menderngar berita itu, padahal aku sudah hampir tidak berharap sejak beberapa bulan lalu aku sudah mengirimkan formulir pengajuan itu berikut fotocopy raport, tapi tidak ada jawaban dan kini jawaban itu datang tepat disaat aku membutuhkannya. tapi dibalik kebahagiaan itu aku juga sedih, karena fancy sahabatku yang senasib denganku tidak mendapatkannya juga, andai saja dia juga lolos kebahagiaan ini akan lebih sempurna. tapi ia tidak marah ia turut bersyukur atas ini dan pada harinya, ia bahkan rela bolos sekolah untuk menmaniku ke jakarta untuk penetapan beasiswa itu. terimakasih sobat, kau selalu ada disaat aku membutuhkan.
***

suatu hari, Abi Halim, wali kelasnya memanggilku, ia berharap agar aku dapat menemui fancy di rumahnya, untuk mendengarkan kisahnya, memberi masukan dan merayunya agar mau masuk sekolah lagi. ya ternyata kurang lebih sudah sebulan ia tidak masuk kelas. aku fikir karena kesibukan kita masing masing jadi jarang ketemu, ternyata ia tidak masuk tanpa meninggalkan jejak kepadaku. 

aku datang ke rumahnya tepat di saat ia membutuhkan seseorang untuk mendengar. ia sedang frustasi karena di tengah kondisi sulit hidupnya itu, ternyata ada seorang wanita lain yang mengaku sebagai istri kedua ayahnya. betapa tidak, ia rela hidup bersusah payah selama ini, berusaha memahami kondisi orang tua dengan tidak neko neko, mensyukuri apapun yang ia miliki dan tidak dimiliki karena ia sadar betul bahwa ia hanya anak dari seorang tukang ojek. dan ternyata tukang ojek itu memiliki orang lain untuk dibiayai juga. ia marah, dan melampiaskan kemarahannya itu dengan tidak mau sekolah. ia depresi berat kala itu, ia sudah membuang semua buku buku pelajarannya dan peralatan sekolah. tapi aku membujuknya, memberinya penjelasan dan mengingatkan ia agar ia tidak lupa dengan semangat2 hidupnya yang telah ia tularkan padaku. dan alhamdulillah smua itu berhasil, esoknya ia hadir di sekolah dan gurunya berterima kasih padaku.
***
hobi kami sama, minat kami sama, kecenderungan kami juga sama, dan persamaan itulah yang membuat kami bertemu lagi di kelas 3, karena kami sama sama mengambil jurusan  'bahasa', meski berkali kali guru guru kami mengarahkan agar kami masuk ipa, tapi kami menolak, kami tidak akan berkembang disana karena minat kami adalah di kelas bahasa. sekali lagi, kami duduk sebangku dan masih di posisi yang sama yaitu tepat di hadapan bangku guru, namun bedanya kali ini lokasinya di ujung paling kanan dekat jendela.
aku bahagia sekali masuk kelas itu, selain karena sesuai keinginanku, tapi juga karena ada dia. prestasiku juga kembali meningkat. setelah di kelas dua aku hanya masuk 10 besar, mungkin selain karena kehilangan penyemangatku, juga karena di kelas 2.1 banyak sekali saingannya karena kelas itu merupakan kelas khusus perkumpulan anak anak berprestasi dari kelas sebelumnya. di kelas ini kembali aku dan dia bersaing memperoleh peringkat 3 besar dan kami berhasil.

tiba saat nya masa masa sma harus kami tinggalkan. kami lulus dan sepakat untuk melanjutkan pendidikan ke sebuah universitas islam negeri di jakarta. sebetulnya aku dapat pmdk Universitas Negeri Jakarta waktu itu, tapi aku tidak mengambilnya karena kesepakatan kami tersebut.

hari itu aku menjemput ia ke rumahnya untuk berangkat ke ciputat mengikuti ujian test masuk kuliah. ia menyambutku bukan dengan senyuman tapi dengan tetesan air mata. ia bilang :

'lo pergi sendiri aja ti (nama panggilanku khusus hanya dia yg menggunakan) gue ga jadi'. 

hati ku hampir saja hancur, mengapa tiba tiba saja ia urungkan sesuatu yang sudah kita rencanakan bersama. dia bilang :
"gue gakan kuliah ti, nyokap bokap ga punya uang tuk biaya kuliah, bahkan untuk ongkos berangkat test masuk universitas hari ini aja mereka ga punya uang'

tidak sobat, kita tidak boleh putus asa di titik ini, kita belum berjuang. kita harus tetap berusaha mencari jalan apapun untuk menggapai impian kita. aku terus terus berusaha meyakinkannya bahwa setiap ada kemauan pasti ada jalan seperti pepatah yang sudah kita hafal betul.

aku masih punya sedikit tabungan dari sisa beasiswaku. aku mendapatkan rp. 60 ribu rupiah setiap bulan dan biaya spp cuma 17 ribu rupiah saat itu, sisanya kugunakan untuk membeli buku pelajaran dan biaya akomodasi selama tinggal di pesantren. tapi masih ada sedikit, dan yang sedikit itu sudah kupakai untuk bayar biaya formulir kuliah untuk aku dan dia karena ortu kami telah pasrah, @80 ribu kalau tidak salah. dan sisa terakhirnya aku ambil kuberikan padanya agar ia bisa berangkat hari ini untuk ikut test. kita mengambil jurusan sastra inggris saat itu.

8 agustus tahun 2000. hari ini kami berangkat ke kampus melihat hasil test kami dengan langkah separuh jiwa.
karena aku dan dia ternyata tetap mendapat keputusan yang sama dari orang tua. yaitu tidak kuliah.

ayahku bilang, tahun ini aku harus istirahat sekolah dulu, ayahku yang hanya seorang guru madrasah tsanawiyah swasta dengan anak 8 itu harus fokus membiayai kakaku yang sedang kuliah di Al Azhar Mesir dan adik adiku yang masih pada sekolah, ayahku bilang tahun depan insyaAllah bisa kuliah, karena ayah akan menabung dulu dr sekarang untuk biaya tahun depan. dan orang tuanya jg mengatakan padanya bahwa mereka tak sanggup membiayai kuliah, mau biaya dari mana wong untuk makan sehari hari aja sulit.

sepanjang jalan kami berandai andai, semoga keajaiban terjadi, agar keinginan kami ini bisa tercapai. kami masih tetap berharap bahwa kami bisa meski kondisi orang tua tidak ada.

sesampainya disana, kami berdua sama sama menemukan nama kami  terpampang di papan pengumuman kelulusan jurusan sastra inggris. 

diantara hiruk pikuk orang orang yang bersorak sorai, bergembira dan bersyukur karena mereka lulus. kami berdua merintih dalam hati, ingin rasanya dapat berteriak sejadi jadinya memaki nasib yang tertulis pada garis tangan kami. pengumuman itu sedikitpun tidak membuat kami bahagia. tapi justru menambah guratan kesedihan yang mendalam di jiwa. mengapa banyak sekali orang yang mampu dalam hal biaya tapi tidak lulus sedangkan kami berdua lulus tapi tidak memiliki biaya.. ??? hidup ini memang sulit kawan..

sebelum pulang kami mampir ke kosan tempat kaka kelas kami yang kuliah disana, menceritakan apa yang terjadi pada kami hari itu. mereka semua menyayangkan peristiwa ini, karena mereka juga tau bagaimana prestasi kami di sekolah. mereka memberi solusi agar kami mendapatkan uang untuk bayar semester pertama yang harus dilunasi di awal, bagaimanapun caranya memohon kepada orang tua kami. untuk mendapatkan uang itu untuk tempat tinggal mereka mengikhlaskan kosan mereka ditempati kami gratis, biar mereka yang bayar. untuk kebutuhan makan sehari hari, mereka akan memberikan kami pekerjaan menjadi guru les privat di lembaga tempat mereka bekerja. dan untuk semester2 berikutnya mereka akan membantu mencarikan beasiswa dr channel2 yang mereka ketahui, oh ya aku jg bisa mengajukan beasiswa ke orbit lagi jika  sudah ada nilai hasil ujian semester. bagai secercah sinar dalam kegelapan, solusi itu membuat kami bangkit bak bangkitnya bunga yang layu disiram air. kami kembali membangun mimpi dan harapan. setidaknya masih ada harapan yang bisa kita perjuangkan.

namun hidup itu tidak mudah, Allah selalu mengajarkan kami untuk berjuang keras dalam hidup ini. bahkan untuk sekedar uang 400 ribu perak, saat itu orang tua kami tidak mampu memberikannya, bak smua mata buta dan setiap telinga orang tuli saat itu, hingga tidak ada satu orangpun berempati mau membantu kesulitan kami dan mendukung impian kami yang menggebu gebu. kami telah mencoba menceritakannya kepada saudara dan kerabat, berharap ada yg bisa membantu, tapi tidak satupun. semua orang yang kita temui berfikiran sama agar kami menunggu tahun depan untuk kuliah. kecuali orang orang yg sama sama tidak punya uang yang mendukung niat kami tersebut tapi apa daya ia tidak bisa membantu. berakhirlah perjuangan itu sampai disini dengan kesimpulan; kami tidak bisa kuliah disana tahun ini.

semangat belajar kami belum patah, keinginan untuk belajar masih menggelora di jiwa, kami tidak bisa menjadi pengangguran tanpa kegiatan. hingga seorang family memberi informasi tentang sekolah bahasa arab gratis di tanah abang jakarta.bukan tempat kuliah lebih tepatnya kursus. aku mengajaknya ikut tes, kami diterima dan mulailah kami sekolah disana tiga kali seminggu, kami berangkat dengan kereta krl dari sini (bogor) bertiga dengan sahabat smp ku. sering sekali kami tidak mampu membeli tiket kereta, dan menggunakan tiket hari sebelumnya ketika petugas meminta untuk menunjukan tiket. hal yang tidak patut untuk ditiru tapi merupakan usaha satu satunya untuk bisa tetap belajar. tapi sayang beberapa bulan berlalu, fancy lagi lagi diterpa masalah ongkos, orang tuanya tak mampu memberi ongkos lagi untuk berangkat kesana lalu ia berhenti. begitu juga sahabat ku yang satu lagi. aku tinggal sendirian..tapi tetap semangat ! atas nama kewajiban menuntut ilmu, apapun yang terjadi aku tetap harus berjuang. 
meski sayang, perjuangan ini sekali lagi harus tumbang oleh perintah orang tua untuk berhenti karena khawatir membiarkan anak perempuannya berjalan sendiri bolak balik bogor jakarta dengan krl yang penuh dengan orang orang  jahat. belum lagi saat itu sedang ramai ramainya kerusuhan menjatuhkan pemerintahan, penjarahan dan perusakan di kota jakarta begitu ramai diekspos di tivi. aku berhenti dengan tangis tersedu lalu menyendiri dalam ruang kamarku untuk meratapinya.

fancy, sejak saat itu aku tak sering  lagi berjumpa denganmu, aku mengisi waktuku dengan menjadi seorang guru TPA di sore hari dan di pagi hari bekerja sbg petugas admin di yayasan mental aritmatika dekat rumahku. lumayan dengan gaji tak seberapa, tapi setidaknya aku bisa tetap belajar, meski hanya belajar komputer otodidak dari buku  panduan yang ada disana.

setahun berlalu, tak perlu menagih janji aku tahu persis kondisi keuangan orang tuanku semakin menyempit. harapan untuk kuliah tahun ini pun sirna. sebagai seorang remaja yg masih labil saat itu yang kumampu hanya pasrah meratapi nasib dan tak tahu apa yang harus dilakukan lagi. rasanya segala upaya telah dilakukan namun takdir berkata lain. 

menemani takdir hidupku yang malang, aku menjalani sisa sia reruntuhan jiwaku ditemani seonggok radio butut, darinya aku belajar banyak hal dan mendengarkan alunan musik yang mampu meredakan kepedihan. suatu hari radio itu menyiarkan berita tentang kuliah gratis yang dibiayai oleh sebuah perusahaan swasta ternama. aku bangkit, mengumpulkan serpihan serpihan semangat yang telah hancur terbakar teriknya takdir. tak pernah melupakan sahabat senasibku, aku beranjak ke rumahnya untuk mengajak, namun ternyata takdirnya lebih indah, ia telah masuk kuliah di universitas islam negeri di bandung. dan kini ia disana. 
sedikit kecewa mengapa ia tak mengabari atau mengajaku, tapi kutepis karena meski ia mengajaku orangtua ku takan mampu membiayainya.

aku mengikuti prosedur tes masuk kuliah gratis yang saat itu ada sekitar 12 tes terdiri dari psikotes, matematika dasar, inggris dasar dan pengetahun umum. dan aku diterima. mulailah aku mengais ilmu disana.
aku semakin jarang bertemu dengannya mengingat kesibukan kita masing masing yang terpisah jarak dan waktu.

kami menjalani kehidupan masing masing yang berbeda, sudah banyak hal tentangnya yang terlewat olehku. 
lulus kuliah aku diterima bekerja di perusahaan yang mensponsori tempat kuliah dan aku menjalani aktifitas ini dengan sebaik baiknya. 

setelah sekian lama tak ada kabarnya, suatu hari ponsel butut pertamaku berdering, fancy di ujung line telpon, aku bahagia sekali setelah sekian lama ia tak menghubungiku, aku berharap ia merindukanku.. ternyata salah, ia bilang ia sedang dalam masalah dan membutuhkanku untuk meminjamkan uang sebesar 800 ribu. uang yang cukup besar untuku saat itu, mengingat gajiku saja cuma sebesar 500 ribu. aku belum menjadi sekretaris saat itu, hanya seorang asisten dari sekretaris. dan gaji itu baru cukup untuk ongkos dan keperluan primer hidupku. aku tak mampu membantunya kala itu. aku sedih... 

entah marah karena aku tak bantu atau gimana, sejak saat itu ia semakin tak pernah menghubungiku. ia tak punya kegiatan seharusnya lebih punya banyak waktu untuk mengunjungiku, tapi itu tidak lagi pernah dilakukannya. 

suatu hari aku menyempatkan diri ke rumahnya dan menginap untuk mencairkan kembali kefakuman komunikasi diantara kita. saat itu aku kaget ketika menemuinya tidak lagi berjilbab. ia membiarkan rambutnya terurai bebas, baju pendek dan bercelana pendek di luar rumah.  hmm apa yang terjadi?? aku tertinggal banyak info tentang kisahnya. ia menjelaskanku apa yang terjadi pada hidupnya, kekerasan, kepedihan dan gelombang gelombang dahsyat hidupnya belum juga berakhir. dan semua itu membuatnya depresi, sepertinya kecewa pada tuhan yang menuliskan garis hidup itu di kedua telapak tangannya. ia bergaul dengan bebasnya, dengan orang orang yg tak layak digauli. ia menceritakan kehancuran dirinya, ia terlalu jauh melangkah, aku tak bisa menceritakan detailnya disini.

hatiku hancur, aku menyesal sejadi jadinya, mengapa aku hanya menunggu kehadirannya selalu, tidak memaksakan diri untuk mendatanginya mencari tahu apa yang terjadi pada dirinya. awalnya aku berfikir ia melupakanku karena telah mendapatkan impiannya, impian kita sebetulnya. tapi ternyata aku baru tahu kalau sekarang ia tak lagi kuliah, kuliah itu sudah lama ia tinggalkan karena faktor biaya, ia tak tau lagi kemana harus mengupayakannya..tapi ternyata aku salah, aku menyalahkan diriku sendiri mengapa tak ada saat ia membutuhkanku, sehingga aku tak mampu memberinya semangat untuk tetap istiqomah. tapi kini sudah terlambat, yang kumampu hanya sedikit memberikan masukan, berharap dan berdoa agar ia kembali... aku ingin sekali selalu berada di sisinya saat ini, agar bisa memantau perkembangan hidupnya tapi aku tidak bisa... aku harus menjalani aktifitasku demi banyak hal. kini ia telah dewasa aku berharap ia dapat menyelesaikan sendiri masalah hidupnya.

aku pulang, dan kembali ia tak memberiku kabar, padahal aku sudah memintanya untuk selalu keep in touch.  

berlanjut tak pernah lagi ada kabar, hingga saat aku memutuskan untuk menikah, aku berharap sekali ia hadir menyaksikan prosesi sakral pernikahanku. aku sendiri mengantarkan undangan itu ke rumahnya, memastikan undangan itu sampai di tangannya, tapi ia tidak di rumah, aku menitipkannya pada ibunya. aku menitipkan uang untuk ongkos nanti, aku tak mau ia tidak bisa hadir karena alasan ongkos.

tapi di hari bahagiaku itu, harapanku punah, sosoknya tak sedikitpun aku temukan, padahal dibanding beribu tamu yang hadir, dia lah orang yang paling aku nantikan. aku ingin ia menyaksikan kebahagiaanku ini.. tapi ia tak ada... 

aku sedikit kecewa, mengapa ia tak mau mengusahakan apapun agar bisa hadir di hari pernikahan sahabatnya. tapi aku berusaha memahami bahwa ia pasti punya alasan sendiri untuk melakukan itu.
aku masih menunggunya, menunggu kabarnya, dan menunggu alasan ketidak hadirannya itu. tapi tak kunjung tiba... 
ia tak pernah lagi menghubungiku, beberapa kali aku ke rumahnya selalu tak ada. pesanku pada keluarganya untuk menghubungiki seolah diabaikannya, ia tak pernah mencariku.

waktu berlalu, kami hidup dengan kehidupan kita masing masing, banyak hal tentangku yang telah ia lewatkan, begitu juga aku.... 
aku masih selalu menunggunya, menunggu seorang sahabat merindukan sahabatnya, tahun tahun berganti tanpa menunggu, setelah sekiaaannnnnnnnnnnnnnn lamaaaaa, tiba2 telpon di meja kerjaku berdering, dari loby operator, katanya seorang wanita bernama fancy dan seorang pria menungguku disana.

aku datang dengan riang, berharap mendapat pelukan rindu dan kejutan sayang dari orang yang selama ini aku harap. benar ia yang menungguku di lobi itu bersama kekasihnya. tapi tidak datang bersama sekarung rindu yang kunanti. ia datang, mengingatku hanya karena ia membutuhkan bantuanku meminjam uang sebesar 500 ribu rupiah. 
aku sedih, mengapa ia hanya datang, hanya mengingatku ketika membutuhkanku. kenapa ia tak pernah lagi ada disaat aku membutuhkannya untuk sekedar berbagi. berbagi kisah tentang hidupku. 
aku kehilangannya... kehilangan ia yang telah sekian lama menjadi bagian penting dari hidupku. ia telah berubah! berubah menjadi sesosok makhluk lain yang tidak kukenali.. 
aku hanya membawa uang 200 ribu di saku bajuku saat itu dan itu kuberikan padanya... 
aku berharap ia berubah dan ada komunikasi lain setelah ini selain mau meminjam uang.
tapi itu tidak pernah terjadi.... 
entah ia marah karena aku tidak dapat mengusahakan pinjaman uang untuknya atau kenapa... 
tapi sejak saat itu ia tak pernah lagi menghubungiku, 
padahal, aku menemukan account fesbuknya, menambahkannya ke daftar teman, ia meng'aprove' permintaan pertemananku, tapi tetap tanpa sepatah kata pun... 

setelah semua yang telah ia perlakukan padaku, aku tak bisa memulai duluan mengirimkan sepatah kata lewat inbox , wall atau pun komentar pada statusnya. aku berharap sekali saja ia duluan menuliskan sekata saja komentar pada status2ku yang pasti ia ketahui. dan aku akan melanjutkan kembali persahabatan ini.. 
tapi ia tidak pernah melakukannya... ia telah melupakanku....menghapus namaku dari kisah hidupnya... 

maaf kan aku...  tapi aku berharap kau tahu bahwa hingga detik ini aku masih bertanya tanya mengapa kau memperlakukan aku seperti itu..  terima kasih atas persahabatan indah yang pernah terjalin. aku tetap berdoa smoga setelah menjauh dariku hidupmu kini bahagia

terakhir,.............
sebuah lagudari abang iwan fals ini kupersembahkan untukmu:

belum ada judul
pernah kita sama sama susah
Terperangkap didingin malam
Terjerumus dalam lubang jalanan
Digilas kaki sang waktu yang sombong
Terjerat mimpi yang indah lelap

Pernah kita sama-sama rasakan
Panasnya mentari hanguskan hati
Sampai saat kita nyaris tak percaya
Bahwa roda nasib memang berputar
Sahabat masing ingatkah kau

Reff:
Sementara hari terus berganti
Engkau pergi dengan dendam membara di hati

Cukup lama aku jalan sendiri
Tanpa teman yang sanggup mengerti
Hingga saat kita jumpa hari ini
Tajamnya matamu tikam jiwaku
Kau tampar bangkitkan aku sobat

Sementara hari terus berganti
Engkau pergi dengan dendam membara di hati

4 comments:

  1. wow...kisah yg mengharukan.......saya salut degan kebesaran ahti bunda....semangat bun.......semoga suatu saat nanti dia datang membawa sekarung dabhakan berjuta karung rindunya kepada bunda......

    ReplyDelete
  2. Alamaaaaak, banyak luka-likunya ya bersahabat itu. Saya benar2 terkesan dengan sinergi pesahabatan kalian. Kelas 2 pisah, alhamdulillah penghujung kelas 3 bisa jumpa lg ya. San saya salut dengan persahabatan kalian, jebol Sastra bersama-sama. Sungguh menakjupkan...

    ReplyDelete

tinggalkan jejaknya ya, kalo sudah mampir: